Sabtu, 21 Agustus 2010

Puluhan Sopir Angkot Resahkan Pungli




*) Tidak Beroperasi Duduki Terminal Jatibarang

INDRAMAYU—Sedikitnya 35 unit angkutan kota (angkot) trayek Jatibarang – Karangampel, dikawal aparat kepolisian menuju Terminal Jatibarang. Iring-iringan kendaraan umum warna kuning tersebut, menjadi perhatian masyarakat dan pengendara di sepanjang jalan yang dilaluinya, Rabu (27/1).

Rombongan yang bertolak dari Terminal Karangampel tersebut, ternyata merupakan aksi mogok para sopir yang semula akan dilakukan di pusat Kota Indramayu. Aksi para sopir tersebut, sebagai langkah menyampaikan aspirasi lanjutan yang telah lama belum direalisasikan pihak terkait.

Para pengunjuk rasa yang tiba di Terminal Jatibarang sekitar pukul 11.00 itu, diterima Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo Indramayu Drs Umar Budi Karyadi, Kasatlantas Polres Indramayu AKP Drs Dodi Arahmansyah, dan Kapolsektif Jatibarang AKP Sumari SH.
Diungkapkan koordinator aksi, Roni, para sopir menuntut pihak terkait untuk menertibkan adanya pungutan liar (pungli) di terminal bayangan yakni di Desa Bulak Kecamatan Jatibarang, pemberhentian angkutan harus menggunakan terminal yang sudah ada, dan meminta ketegasan aparat dalam memberantas premanisme di terminal bayangan.

Menurutnya, lokasi yang selama ini digunakan untuk pemberhentian angkot adalah tanah milik warga dan dua terminal yang tertera didalam trayek seharusnya menjadi acuan dalam memberlakukan pemberhentian angkot tersebut di terminal yang sudah ditentukan. “Pemberhentian harusnya di terminal, bukan di sembarang tempat yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh pihak yang mengatasnamakan dari pihak keamanan,” ujar dia menyampaikan aspirasi para sopir.


Dilanjutkannya, terjadinya aksi tersebut merupakan sikap yang ditunjukkan para sopir sebagai bentuk pengaduan dengan harapan dapat segera terealisasi. Untuk pungutan setiap harinya, setiap unit angkot dikenakan biaya sebesar Rp6.500 dan biaya per temnya Rp3.000. “Para penumpang juga sering mengeluhkan mahalnya biaya transportasi dari Karangampel ke Jatibarang, karena setelah naik angkot mereka (penumpang, red) harus berganti kendaraan lainnya untuk sampai ke Jatibarang. Kebalikannya, untuk calon penumpang dari jalur pantura yang akan menuju Karangampel, memilih turun di Kertasemaya dengan alasan cukup sekali naik angkot,” ungkap dia diamini rekan-rekannya.

Hingga saat aksi berlangsung, para sopir mengaku mendapat tekanan dan merasa khawatir jika usai berunjuk rasa kembali beroperasi. Sehingga, mereka meminta kepada aparat terkait untuk segera menuntaskan masalah yang disampaikan dan seyogyanya memberikan perlindungan serta pengayoman. “Aspirasi ini mohon ditanggapi dan direalisasikan, karena kami sepakat mogok narik sampai tuntutannya bisa dipenuhi,” pintanya disambut ucapan sopir lainnya yang siap dapur rumahnya tidak ngebul ini.

Hal senada disampaikan pengusaha angkot, H Kasimin, yang mengakui kondisi tersebut sangat berdampak pada penghasilan sopir-sopirnya. Bahkan, dalam tujuh hari terakhir ini para sopirnya hanya menyetorkan kunci angkotnya saja tanpa disertai setoran harian. “Harus menggunakan terminal dan ada jaminan keamanan. Kami sangat terancam, dan sudah bosan dengan perundingan-perundingan tanpa realisasi, bayangkan saja sejak 1997 sampai sekarang,” tuturnya.

Sementara itu, Kadishub dan Kominfo Drs Umar Budi Karyadi, mengakui belum adanya realisasi dari tuntutan-tuntuta yang memang sudah disampaikan sejak lama itu. Menurutnya, kondisi tersebut dihadapkan dengan sulitnya memberikan keputusan yang berbenturan dengan alat transportasi umum lainnya. Pihaknya meminta ma’af atas kelalaian yang belum ditindaklanjuti tersebut. “Permasalahan ini tidak mudah, dan kami akan berunding dengan pihak terkait agar dalam merealisasikannya tidak ada ekses yang berdampak merugikan angkutan lainnya,” jelas dia dihadapan pendemo. Ditambahkan Kasatlantas Polres Indramayu, AKP Drs Dodi Arahmansyah dan Kapolsektif Jatibarang AKP Sumari SH, yang akan melakukan langkah-langkah strategis dalam merealisasikan hal itu.

Pihaknya terlebih dulu akan melihat trayek semula dan menginventarisir kendala-kendala yang menghambat di lapangan. Untuk mendapatkan solusi terbaiknya, harus dilakukan musyawarah dengan melibatkan banyak pihak untuk menghindari adanya pihak lain yang dirugikan. “Jangan terlantarkan penumpang, dan untuk mendapatkan hasil akhir yang terbaik harus bersabar. Kami semua akan berupaya maksimal dan optimal,” paparnya.


Aksi yang berlanjut dengan menduduki terminal Jatibarang dibawah pengamanan aparat kepolisian tersebut, diisi para sopir untuk saling bertukar pendapat dan tetap kukuh untuk tidak beroperasi hingga tuntutannya dikabulkan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar