pantura24
Senin, 23 Agustus 2010
Beraksi di Siang Bolong, Perampok Sikat Perhiasan
INDRAMAYU – Aksi kejahatan yang dilakukan pelakunya dengan melukai korbannya kembali terjadi. Hj Maemunah (59) mengalami luka serius hingga tak sadarkan diri setelah dihajar pelaku yang menggasak harta bendanya, Rabu (10/2).
Dari keterangan di rumah korban yang terletak di Blok Sukamukti RT01/01 Desa Lajer, Kecamatan Tukdana, peristiwa yang kontan menggegerkan warga sekitarnya itu bermula ketika korban dengan kondisi sekarat bersimbah darah ditemukan suaminya, H Toto, sekitar pukul 11.00 di ruang keluarga. Korban yang ditemukan tidak berdaya persis di depan televisi berada di atas tumpukan pakaian yang sedang disetrikanya.
Melihat kondisi korban yang sudah sekarat dan sempat mengeluarkan kata-kata rampok beberapa kali, suami korban bergegas melaporkannya ke Mapolsek Bangodua guna meminta bantuan. Lalu, korban yang hendak dilarikan ke RS meminta bantuan kendaraan ambulan ke puskesmas setempat. Sayangnya, ambulan yang dibutuhkan tidak ada, dan dengan kondisi darurat korban dibawa ke RS menggunakan kendaraan patroli polisi.
Di rumah korban, tampak hamparan darah segar korban di ruang keluarga tersebut. Tampaknya, pelaku yang sudah berhasil menghujamkan senjata tajam dan merampas seluruh perhiasan yang dikenakan korban, masih penasaran dengan harta benda yang disimpan korban. Semua kamar yang terdapat di rumah korban diacak-acak, dari lemari, buffet, laci meja, dan tempat lainnya yang diprediksi pelaku terdapat simpanan barang berharga dan uang tunai. Sementara itu, korban yang tiba di RSI Zam-Zam Jatibarang sekitar pukul 11.30, langsung mendapat penanganan serius tim medis di ruang UGD.
Dari hasil pemeriksaan, di tubuh korban ditemukan 6 luka bekas hantaman senjata tajam. Luka serius itu diantaranya terdapat di bagian leher depan dengan panjang 4 centimeter, di bagian leher belakang 7 centimeter, dua luka di kepala bagian depan kiri masing-masing 3 sentimeter, dan di kepala bagian belakang 4 sentimeter. Barang berharga yang berhasil dibawa kabur pelaku berupa perhiasan yang dikenakan korban sekitar 40 gram termasuk liontin berlian. Sedangkan dari seluruh kamar yang diobrak-abrik pelaku belum dinyatakan ada barang yang hilang. “Ketahuannya pas saya pulang dari sawah, istri saya sudah berdarah-darah dan sempat bilang rampok. Perhiasannya kalau digadaikan nilainya Rp10 jutaan,” tutur H Toto, kemarin di lobi RS.
Korban yang masih kritis dan belum sadarkan diri, selanjutnya atas permintaan keluarga dirujuk ke RS Pelabuhan, Cirebon, menggunakan ambulan RSI Zam-Zam Jatibarang sekitar pukul 12.30. “Sampai sekarang masih belum sadar, mas,” kata menantu korban, Yusuf, menyampaikan informasi kondisi terakhir mertuanya kepada Radar sekitar pukul 17.00. (*)
Sabtu, 21 Agustus 2010
Korban Puting Beliung Tak Dapatkan Pelayanan Medis Layak
*) KTP ditolak, STNK jadi jaminan
INDRAMAYU—Penanganan medis dalam memberikan pertolongan kepada pasiennya, tampaknya masih belum secara maksimal dilakukan. Bahkan kerap muncul anggapan menyepelekan pasien dari kalangan ekonomi bawah.
Hal tersebut dialami korban bencana alam puting beliung yang terjadi pada Selasa (5/1) di Desa Tamansari Kecamatan Lelea. Sesaat setelah bencana menimpa, dan korban berhasil dievakuasi dari reruntuhan bangunan rumah itu, oleh keluarganya dilarikan ke RSUD Indramayu.
Berharap mendapatkan penanganan dan pertolongan medis, dengan bekal sedikit uang, keluarga korban sangat menyayangkan pelayanan medis saat itu. Pasalnya, korban yang datang ke RS bersamaan itu, setelah mendapat pelayanan medis hendak dibawa pulang keluarga. Namun, pihak RS tidak memberikan ijin atas permintaan keluarga pasiennya itu, karena keluarga korban tidak memiliki uang untuk membayar biaya administrasinya.
Pihak keluarga korban yang memohon kebijaksanaan pihak RS, hanya mampu memberikan jaminan berupa kartu tanda penduduk (KTP) dan mendapat penolakan. Sesaat kemudian, salah satu dari keluarga korban menawarkan jaminan berikutnya, yakni berupa surat tanda nomor kendaraan (STNK). “Lukanya dijahit dan sudah dirongsen, terus saya mau bawa ulang Danto dengan jaminan KTP, tapi ga boleh. Terus keluarga Bi Lami ngasih STNK diterima,” tutur kakak kandung Danto, Cari (40), Rabu (6/1).
Dikatakannya pula, untuk pengobatan berikutnya di rumah, keluarga meminta obat dari RS yang juga tidak didapatkannya. “Obatnya beli diluar,” kata dia menirukan omongan pihak RSUD Indramayu. (*)
41 Rumah Rusak Disapu Puting Beliung
INDRAMAYU—Sedikitnya 41 rumah milik warga Desa Tamansari Kecamatan Lelea, rusak dihantam angin puting beliung. Peristiwa yang terjadi pada Selasa (5/1) sore itu memporakporandakan pemukiman warga, sejumlah pepohonan dan plang papan nama roboh. Tiga rumah diantaranya dalam kondisi rusak parah dan rata dengan tanah hingga melukai empat korban.
Dari keterangan warga, suasana mencekam mulai sekitar pukul 15.30, ditandai langit dibalut mendung tebal yang kemudian disusul turunnya hujan lebat. Tidak lama setelah itu, menyusul angin yang berhembus sangat tidak wajar. Dan beberapa saat kemudian muncul angin besar yang dengan cepat menghempas pemukiman warga. Dalam situasi tersebut, aliran listrik sudah dalam kondisi pemadaman sejak pukul 09.00.
Dikabarkan, bencana alam yang terjadi itu tidak menimbulkan korban jiwa. Hanya saja, empat orang warga terpaksa dilarikan ke RSUD Indramayu setelah berhasil dievakuasi dari dalam reruntuhan rumah yang ambruk. Dari keseluruhan rumah yang rusak tersebut, tersebar di tiga wilayah RT. Di RT 19/02 dilaporkan sebanyak 22 rumah warga rusak berat dan ringan serta tiga rumah rusak parah dan rata dengan tanah, masing-masing milik Sulami, Casta dan Uut. 13 rumah rusak berat dan ringan lainnya masing-masing berada di wilayah RT 09/02 sebanyak 9 rumah dan di RT 10/03 empat rumah.
Ketika bencana terjadi, upaya menyelamatkan diri gagal dilakukan Sulami (52), janda paruh baya ini tidak sempat menghindar dari kerasnya terpaan angin yang menyapu rumahnya. Saat itu, korban yang dirumahnya membuka warung kecil, sedang melayani pembeli yang tidak lain tetangganya sendiri, Danto Priyono (22). Cepatnya sapuan angin yang dalam sekejap menerjang rumah korban, kontan merobohkan hingga rata dengan tanah yang mengakibatkan Sulami dan cucunya, Puput (4), tertindih reruntuhan. Begitupula dengan Danto, yang merupakan korban dengan luka sangat serius.
Sementara Uut (35), hanya menderita luka ringan saja. Kuwu Desa Tamansari, Warban, saat dikonfirmasi membenarkan malapetaka yang menimpa desanya dengan menimbulkan puluhan rumah rusak dan empat warganya menderita luka. “Kami sudah mendata rumah warga yang mengalami kerusakan beserta korban yang terluka. Sementara ini, kami bersama masyarakat dan unsur muspika baru melakukan gotong-royong membersihkan reruntuhan,” jelasnya, Rabu (6/1).
Sementara itu, Camat Lelea, Drs H Ali Sukma JM beserta unsur muspika dan Satkorlak PBP, langsung meninjau lokasi sekaligus memberikan bantuan sembako kepada warga yang tertimpa musibah. “Atas bencana ini, Pemkab Indramayu langsung tanggap. Untuk bantuan perbaikan rumah yang rusak, datanya sudah diajukan. Dan kami akan berupaya membantu secara maksimal dengan menyalurkan dana yang bersumber dari Bazis kecamatan,” terang dia.
Hingga berita ini ditulis, warga masih mengalami traumatis dan sangat ketakutan akan bencana susulan. Hal itu terkait tibanya musim hujan yang sudah mengalami peningkatan intensitasnya. “Sekarang aja sudah mendung lagi, takutnya kaya kemarin,” tutur seorang warga sembari memindahkan puing-puing rumah korban. (*)
Warga Antisipasi Pohon Tumbang
*) Warga pemilik pohon tidak minta ganti rugi
INDRAMAYU—Sebagai langkah dalam meminimalisir terjadinya bencana alam yang disebabkan angin kencang bersamaan dengan tibanya musim hujan, warga Blok Como Desa Pilangsari, Kecamatan Jatibarang kembali melakukan penebangan dahan dan pohon tinggi yang terancam mudah tumbang terkena terpaan angin, Minggu (17/1).
Kegiatan yang dilakukan di sepanjang ruas jalan desa setempat, dimulai dari tanggul Cimanuk sepanjang 500 meteran, warga melanjutkan aksinya ke ruas jalan desa yang melintasi pemukiman maupun persawahan.
Hal tersebut dilakukan bersama-sama oleh warga secara gotong-royong dengan dikoordinir oleh masing-masing ketua RT. “Awalnya ada usulan dari warga, dan kami menilainya sangat baik untuk segera direspon. Lalu kami menginstruksikan semua ketua RT di RW04 ini untuk dapat memberitahukan kepada warganya agar turut berpartisipasi dalam kegiatan ini,” jelas Kepala Dusun Como, Dailah, kemarin di lokasi.
Dengan demikian, sering terjadinya hembusan angin kencang yang kerap berbarengan dengan turunnya hujan dan dapat mengakibatkan pohon berukuran besar dan tinggi terancam tumbang, adanya tindakan antisipasi yang dilakukan warga itu diharapkan dapat mencegah timbulnya akibat buruk dari reaksi alam dan cuaca saat ini.
Dikatakan Ketua RT13, Taryana, yang juga merespon positif usulan warga, menanggapinya dengan munculnya motivasi untuk mendukung tindakan pencegahan terjadinya malapetaka yang mengancam warga dan bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa diketahui. “Semua masyarakat mendukung kegiatan ini. Buktinya banyak warga yang ikut serta, dan yang berhalangan menyumbangkan makanan dan minuman,” paparnya.
Sementara itu, warga pemilik pohon yang terkena pemotongan, baik dahan maupun pohonnya mengaku tidak keberatan dan tidak meminta ganti rugi. “Kalau bahaya ya dipotong saja. Suasana jalannya juga jadi lebih bersih,” kata Komar sambil menunjukkan beberapa pohon miliknya yang harus terkena pemotongan bagian dahannya. Selain pohon yang terancam tumbang, kegiatan yang rencananya akan rutin dilaksanakan setiap minggunya ini, juga menargetkan terciptanya semua ruas jalan desa menjadi bersih dan asri. “Warga minta kegiatan ini seminggu sekali, dan semuanya setuju,” pungkas Dailah. (*)
INDRAMAYU—Sebagai langkah dalam meminimalisir terjadinya bencana alam yang disebabkan angin kencang bersamaan dengan tibanya musim hujan, warga Blok Como Desa Pilangsari, Kecamatan Jatibarang kembali melakukan penebangan dahan dan pohon tinggi yang terancam mudah tumbang terkena terpaan angin, Minggu (17/1).
Kegiatan yang dilakukan di sepanjang ruas jalan desa setempat, dimulai dari tanggul Cimanuk sepanjang 500 meteran, warga melanjutkan aksinya ke ruas jalan desa yang melintasi pemukiman maupun persawahan.
Hal tersebut dilakukan bersama-sama oleh warga secara gotong-royong dengan dikoordinir oleh masing-masing ketua RT. “Awalnya ada usulan dari warga, dan kami menilainya sangat baik untuk segera direspon. Lalu kami menginstruksikan semua ketua RT di RW04 ini untuk dapat memberitahukan kepada warganya agar turut berpartisipasi dalam kegiatan ini,” jelas Kepala Dusun Como, Dailah, kemarin di lokasi.
Dengan demikian, sering terjadinya hembusan angin kencang yang kerap berbarengan dengan turunnya hujan dan dapat mengakibatkan pohon berukuran besar dan tinggi terancam tumbang, adanya tindakan antisipasi yang dilakukan warga itu diharapkan dapat mencegah timbulnya akibat buruk dari reaksi alam dan cuaca saat ini.
Dikatakan Ketua RT13, Taryana, yang juga merespon positif usulan warga, menanggapinya dengan munculnya motivasi untuk mendukung tindakan pencegahan terjadinya malapetaka yang mengancam warga dan bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa diketahui. “Semua masyarakat mendukung kegiatan ini. Buktinya banyak warga yang ikut serta, dan yang berhalangan menyumbangkan makanan dan minuman,” paparnya.
Sementara itu, warga pemilik pohon yang terkena pemotongan, baik dahan maupun pohonnya mengaku tidak keberatan dan tidak meminta ganti rugi. “Kalau bahaya ya dipotong saja. Suasana jalannya juga jadi lebih bersih,” kata Komar sambil menunjukkan beberapa pohon miliknya yang harus terkena pemotongan bagian dahannya. Selain pohon yang terancam tumbang, kegiatan yang rencananya akan rutin dilaksanakan setiap minggunya ini, juga menargetkan terciptanya semua ruas jalan desa menjadi bersih dan asri. “Warga minta kegiatan ini seminggu sekali, dan semuanya setuju,” pungkas Dailah. (*)
Nyawa Pengguna Jalan Makin Terancam
*) Lubang jalan bermunculan, kerap menjebak kendaraan
INDRAMAYU—Kondisi jalan raya Jatibarang – Indramayu makin memprihatinkan. Ruas jalan yang merupakan akses utama menuju pusat kota mangga itu, tampak rusak parah dan mengancam jiwa pengguna jalan yang melintasinya.
Pantauan di sepanjang jalur tersebut, Selasa (19/1), sejumlah titik rawan terlihat di sepanjang jalan yang melintasi beberapa desa di Kecamatan Jatibarang. Hingga memasuki musim hujan saat ini, pengendara dan warga setempat kian merasakan realisasi pembangunan yang masih dinilai sangat minim.
Padahal, kata beberapa sumber, jalan raya yang merupakan fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan transportasi massal, seharusnya mendapat perhatian serius pihak terkait guna menghindari terjadinya kecelakaan fatal bagi pengguna jalannya. Beberapa titik yang kondisinya sangat rawan, yakni di Desa Kebulen, Pawidean, Jatisawit, Jatisawit Lor, Krasak, dan Lohbener. Lubang dengan lebar dan kedalaman bervariatif, tampak di kanan dan kiri jalan.
Tak pelak, ketika hujan turun, lubang kontan digenangi air yang mengakibatkan setiap kendaraan yang melintas kerap terjebak dan tidak jarang membahayakan kendaraan lainnya juga. Sejumlah kecelakaan maut pun kerap terjadi dengan penyebabnya ditimbulkan dari permukaan aspal yang tidak dalam kondisi baik. “Seringnya kecelakaan akibat berebut jalan, dan sekarang kondisi jalannya tambah parah,” kata Munadi (35), warga Jatibarang yang menjadikan jalur tersebut sebagai akses utama dalam menunaikan rutinitasnya.
Tidak hanya sepeda motor, kendaraan jenis mobil juga kerap terjebak kubangan air yang sebenarnya adalah lubang jalan yang menganga dan siap menjebak korbannya. Permukaan aspal yang sempat mendapat perawatan itu, kini material aspal dan bebatuannya sudah tersebar ke badan dan bahu jalan.
Dengan kondisi jalan yang demikian, para pengendara yang melintasinya dituntut untuk dapat lebih meningkatkan kewaspadaannya agar tidak terjebak lubang maut yang setiap saat terus mengancam dan sangat membahayakan. “Waspada sih waspada, tapi kalau lupa dan seringnya kagok dengan kendaraan lain. Ya tetep saja gubrak (terjebak, red),” tutur Supriatna (31), warga Ujungjaya, Kecamatan Widasari, kemarin. (*)
Puluhan Sopir Angkot Resahkan Pungli
*) Tidak Beroperasi Duduki Terminal Jatibarang
INDRAMAYU—Sedikitnya 35 unit angkutan kota (angkot) trayek Jatibarang – Karangampel, dikawal aparat kepolisian menuju Terminal Jatibarang. Iring-iringan kendaraan umum warna kuning tersebut, menjadi perhatian masyarakat dan pengendara di sepanjang jalan yang dilaluinya, Rabu (27/1).
Rombongan yang bertolak dari Terminal Karangampel tersebut, ternyata merupakan aksi mogok para sopir yang semula akan dilakukan di pusat Kota Indramayu. Aksi para sopir tersebut, sebagai langkah menyampaikan aspirasi lanjutan yang telah lama belum direalisasikan pihak terkait.
Para pengunjuk rasa yang tiba di Terminal Jatibarang sekitar pukul 11.00 itu, diterima Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo Indramayu Drs Umar Budi Karyadi, Kasatlantas Polres Indramayu AKP Drs Dodi Arahmansyah, dan Kapolsektif Jatibarang AKP Sumari SH. Diungkapkan koordinator aksi, Roni, para sopir menuntut pihak terkait untuk menertibkan adanya pungutan liar (pungli) di terminal bayangan yakni di Desa Bulak Kecamatan Jatibarang, pemberhentian angkutan harus menggunakan terminal yang sudah ada, dan meminta ketegasan aparat dalam memberantas premanisme di terminal bayangan.
Menurutnya, lokasi yang selama ini digunakan untuk pemberhentian angkot adalah tanah milik warga dan dua terminal yang tertera didalam trayek seharusnya menjadi acuan dalam memberlakukan pemberhentian angkot tersebut di terminal yang sudah ditentukan. “Pemberhentian harusnya di terminal, bukan di sembarang tempat yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh pihak yang mengatasnamakan dari pihak keamanan,” ujar dia menyampaikan aspirasi para sopir.
Dilanjutkannya, terjadinya aksi tersebut merupakan sikap yang ditunjukkan para sopir sebagai bentuk pengaduan dengan harapan dapat segera terealisasi. Untuk pungutan setiap harinya, setiap unit angkot dikenakan biaya sebesar Rp6.500 dan biaya per temnya Rp3.000. “Para penumpang juga sering mengeluhkan mahalnya biaya transportasi dari Karangampel ke Jatibarang, karena setelah naik angkot mereka (penumpang, red) harus berganti kendaraan lainnya untuk sampai ke Jatibarang. Kebalikannya, untuk calon penumpang dari jalur pantura yang akan menuju Karangampel, memilih turun di Kertasemaya dengan alasan cukup sekali naik angkot,” ungkap dia diamini rekan-rekannya.
Hingga saat aksi berlangsung, para sopir mengaku mendapat tekanan dan merasa khawatir jika usai berunjuk rasa kembali beroperasi. Sehingga, mereka meminta kepada aparat terkait untuk segera menuntaskan masalah yang disampaikan dan seyogyanya memberikan perlindungan serta pengayoman. “Aspirasi ini mohon ditanggapi dan direalisasikan, karena kami sepakat mogok narik sampai tuntutannya bisa dipenuhi,” pintanya disambut ucapan sopir lainnya yang siap dapur rumahnya tidak ngebul ini.
Hal senada disampaikan pengusaha angkot, H Kasimin, yang mengakui kondisi tersebut sangat berdampak pada penghasilan sopir-sopirnya. Bahkan, dalam tujuh hari terakhir ini para sopirnya hanya menyetorkan kunci angkotnya saja tanpa disertai setoran harian. “Harus menggunakan terminal dan ada jaminan keamanan. Kami sangat terancam, dan sudah bosan dengan perundingan-perundingan tanpa realisasi, bayangkan saja sejak 1997 sampai sekarang,” tuturnya.
Sementara itu, Kadishub dan Kominfo Drs Umar Budi Karyadi, mengakui belum adanya realisasi dari tuntutan-tuntuta yang memang sudah disampaikan sejak lama itu. Menurutnya, kondisi tersebut dihadapkan dengan sulitnya memberikan keputusan yang berbenturan dengan alat transportasi umum lainnya. Pihaknya meminta ma’af atas kelalaian yang belum ditindaklanjuti tersebut. “Permasalahan ini tidak mudah, dan kami akan berunding dengan pihak terkait agar dalam merealisasikannya tidak ada ekses yang berdampak merugikan angkutan lainnya,” jelas dia dihadapan pendemo. Ditambahkan Kasatlantas Polres Indramayu, AKP Drs Dodi Arahmansyah dan Kapolsektif Jatibarang AKP Sumari SH, yang akan melakukan langkah-langkah strategis dalam merealisasikan hal itu.
Pihaknya terlebih dulu akan melihat trayek semula dan menginventarisir kendala-kendala yang menghambat di lapangan. Untuk mendapatkan solusi terbaiknya, harus dilakukan musyawarah dengan melibatkan banyak pihak untuk menghindari adanya pihak lain yang dirugikan. “Jangan terlantarkan penumpang, dan untuk mendapatkan hasil akhir yang terbaik harus bersabar. Kami semua akan berupaya maksimal dan optimal,” paparnya.
Aksi yang berlanjut dengan menduduki terminal Jatibarang dibawah pengamanan aparat kepolisian tersebut, diisi para sopir untuk saling bertukar pendapat dan tetap kukuh untuk tidak beroperasi hingga tuntutannya dikabulkan. (*)
SDN Lelea 1 Lestarikan Seni Sintren
INDRAMAYU—Pentas seni dan kreatifitas murid SDN Lelea 1, menjadi agenda tahunan dalam rangka melestarikan seni dan budaya daerah agar tetap dapat terjaga serta tidak lenyap ditelan arus globalisasi yang kerap disusupi kebudayaan asing.
Diungkapkan Kepala SDN Lelea 1, Sugiarto SPd, kegiatan pensi yang menyuguhkan kesenian sintren, merupakan wujud kepedulian sekolah dalam melestarikan sekaligus menjaga budaya daerah dari keberadaannya yang sudah mulai terpinggirkan. “Budaya daerah senantiasa harus dapat dijaga dan dilestarikan jangan sampai punah, dan sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk tetap memerhatikan keberadaan budaya daerah yang sesungguhnya memiliki potensi sangat luar biasa,” paparnya, kemarin.
Hal itu, kata dia, juga tumbuh atas keprihatinan terhadap kemunduran seni dan budaya daerah yang seharusnya dapat dijadikan komoditi sebagai aset daerah. “Untuk melestarikannya, kami berupaya membimbing murid untuk mengenal dan mampu membawakan seni sintren. Dan melalui murid, seni dan budaya daerah yang sudah mulai tersingkirkan oleh perkembangan jaman serta masuknya budaya negative dari luar, diharapkan dapat menggali potensi yang dimiliki murid untuk dapat menjaga dan melestarikannya,” jelasnya.
Dikatakannya, pola penerapan kesenian sintren di sekolahnya, upaya awal yang dilakukan dengan cara menanamkan kecintaan murid terhadap seni dan budaya daerah. “Selain menggali bakat dan potensi murid, kami juga ingin memperlihatkan kepada masyarakat bahwa seni dan budaya daerah yang dimiliki sebagai warisan nenek moyang masih ada dan mampu dibawakan dengan baik oleh murid-murid kami,” ujar dia. (*)
Langganan:
Postingan (Atom)